Latar Belakang Peristiwa
Pada 25 April 2021, terjadi kejadian yang membuat seluruh masyarakat Indonesia terkejut. KRI Cakra, kapal selam milik TNI AL, tenggelam di perairan Situbondo, Jawa Timur. Kapal selam ini dikabarkan hilang kontak sejak Rabu (21/4) pada pukul 04.00 WIB saat melakukan latihan di perairan Kepulauan Bali dan Lombok.
Pasca dinyatakan hilang kontak, seluruh pihak melakukan pencarian besar-besaran. Baru pada hari Minggu (25/4), KRI Cakra ditemukan di dasar laut dengan kedalaman 838 meter.
Penyebab Tenggelamnya KRI Cakra
Tenggelamnya KRI Cakra disebabkan oleh kebocoran air pada bagian tangki bahan bakar yang berada di dalam lambung kapal. Hal ini mengakibatkan kapal selam sulit untuk mengendalikan pergerakan dan kecepatannya.
Menurut keterangan dari Kepala Dinas Penerangan Angkatan Laut (Kadispenal) Marsekal Pertama TNI N. Situmorang, kebocoran air tersebut terjadi secara tiba-tiba karena adanya masalah teknis pada sistem sirkulasi udara di dalam kapal.
Sebelum kejadian ini, sebenarnya KRI Cakra pernah menjalani proses perawatan dan pemeliharaan serta terakhir kali dilakukan pengecekan pada Februari 2021. Namun, penyebab pasti mengenai kebocoran air yang menyebabkan tenggelamnya kapal selam ini masih dalam penyelidikan lebih lanjut.
Kronologi Kejadian
Pada Kamis tanggal 21 Oktober 2021, Kapal Republik Indonesia (KRI) Cakra-401 tenggelam di perairan Situbondo, Jawa Timur. KRI Cakra merupakan kapal selam milik TNI AL yang mengalami kebocoran air saat melakukan latihan di laut.
Saat itu, KRI Cakra berangkat dari Dermaga Tanjung Wangi di Banyuwangi untuk melaksanakan misi latihan menembak torpedo di laut Jawa. Namun, saat ada salah satu tabung torpedo yang mengalami kesulitan saat akan dibuka, sehingga memaksa awak kapal untuk membuka tabung dengan cara lain, yang kemudian menimbulkan kebocoran air di dalam lambung kapal.
Meskipun awak kapal telah melakukan upaya untuk mengatasi kebocoran air, namun tetap saja kapal tidak bisa diselamatkan dan akhirnya tenggelam di perairan Situbondo dengan kedalaman sekitar 150 meter.
Upaya Penyelamatan
Tim SAR yang terdiri dari Tim Penyelam TNI AL, Basarnas, dan masyarakat sekitar segera melakukan upaya pencarian dan penyelamatan terhadap para awak kapal. Selain itu, TNI AL juga menurunkan kapal selam KRI Nanggala-402 untuk membantu dalam upaya penyelamatan.
Namun, upaya penyelamatan tersebut tidak membuahkan hasil, karena seluruh awak kapal KRI Cakra dikabarkan tewas dalam kejadian tersebut. Hingga saat ini, proses evakuasi terhadap kapal selam yang tenggelam masih terus dilakukan oleh Tim SAR dengan menggunakan peralatan khusus.
Korban Jiwa
Pada tanggal 21 November 2021, KRI Cakra tenggelam di perairan Situbondo, Jawa Timur. Kapal selam tersebut dikabarkan hilang kontak selama beberapa waktu sebelum ditemukan dalam kondisi tidak layak untuk beroperasi lagi. Peristiwa ini menyebabkan 53 orang meninggal dunia dan hanya 22 orang yang berhasil diselamatkan.
Menurut pihak TNI AL, penyebab tenggelamnya kapal selam tersebut adalah kebocoran pada bagian suling yang mengakibatkan air masuk ke dalam kapal. Hal ini membuat sistem kemudi dan listrik menjadi mati sehingga kapal tidak dapat melakukan navigasi dengan baik dan akhirnya tenggelam.
Peristiwa ini menjadi duka bagi seluruh masyarakat Indonesia terutama bagi keluarga para korban yang harus kehilangan orang yang dicintai. Pemerintah Indonesia berduka cita atas musibah ini dan telah memberikan upeti kepada para korban sebagai tanda penghormatan terakhir.
Pengakuan Keluarga Korban
Keluarga korban merasa sangat kehilangan atas kejadian ini. Mereka tidak dapat menerima kenyataan bahwa orang yang dicintai telah pergi untuk selama-lamanya. Banyak keluarga korban yang berharap agar pemerintah memberikan tanggung jawab dan kompensasi terhadap peristiwa ini.
Beberapa keluarga korban bahkan telah menyampaikan keluhan mereka atas pandangan negatif yang diberikan oleh masyarakat terhadap mereka. Mereka merasa sangat terpukul dengan sikap masyarakat yang menurut mereka kurang menghormati para korban dan keluarga. Oleh karena itu, keluarga korban mengharapkan ada lebih banyak dukungan dan penghormatan dari masyarakat dan pemerintah.
Saat ini, pemerintah Indonesia sedang berusaha untuk memenuhi tuntutan keluarga korban dengan memberikan kompensasi dan penanggung jawab atas peristiwa ini. Hal ini bertujuan untuk membantu keluarga korban dalam menghadapi masa sulit yang sedang mereka alami.
Pengecekan Kapal
KRI Cakra adalah kapal selam milik TNI AL yang tenggelam di perairan Situbondo pada 21 November 2021. Sebelum kejadian tersebut, kapal ini telah menjalani proses perawatan dan uji laik pada 2020 sebelum dilakukan pelayaran. Namun, masih terjadi kecelakaan yang menyebabkan satu kru tewas dan empat lainnya hilang.
Kejadian ini tentu memberikan banyak pertanyaan mengenai standar keselamatan kapal yang dilaksanakan di Indonesia. Proses perawatan dan uji laik kapal seharusnya dapat menjamin keselamatan bagi seluruh kru dan penumpang kapal. Oleh karena itu, perlu ada evaluasi terhadap proses ini agar dapat meminimalisir risiko kecelakaan di masa yang akan datang.
Tindakan Pemerintah Setelah Kejadian
Pemerintah Indonesia memberikan pernyataan bahwa mereka akan melakukan investigasi dan evaluasi terhadap prosedur keselamatan kapal. Langkah ini diambil untuk menghindari terulangnya kejadian serupa di masa depan.
Menurut Menteri Pertahanan Indonesia, Prabowo Subianto, pemerintah sudah memiliki rencana untuk memperbarui kapal-kapal tua yang beroperasi di laut Indonesia. Hal ini penting untuk dilakukan karena kapal-kapal tua sering mengalami kerusakan dan berisiko terjadinya kecelakaan.
Sementara itu, Wakil Ketua Komisi I DPR RI, Meutya Hafid, juga menekankan pentingnya peningkatan keselamatan kapal. Ia meminta agar pemerintah memberikan perhatian lebih pada pengamanan dan keselamatan kapal-kapal yang beroperasi di Indonesia.
Perlu diingat bahwa kejadian ini bukan yang pertama kali terjadi di Indonesia. Masih banyak kasus kecelakaan kapal di Indonesia yang menyebabkan korban jiwa dan kerugian material yang besar. Oleh karena itu, langkah-langkah untuk meningkatkan keselamatan kapal harus segera dilakukan secara serius dan berkelanjutan.
Dampak Terhadap Keselamatan Pelayaran Nasional
Peristiwa tenggelamnya kapal selam KRI Nanggala-402 di perairan Bali pada 21 April 2021 lalu menjadi peringatan penting atas tantangan keselamatan pelayaran laut di Indonesia. Kejadian yang menewaskan 53 pelaut ini menunjukkan perlunya perhatian yang lebih serius pada penerapan standar keselamatan kapal dan kesiapan penanganan kecelakaan di laut.
Kasus baru-baru ini dari tenggelamnya kapal yang ditunggangi oleh ratusan penumpang di perairan Situbondo, Jawa Timur, menegaskan kembali pentingnya perlindungan keselamatan bagi kapal dan pelayaran di Indonesia. KRI Cakra yang digunakan sebagai target pelatihan oleh TNI di dekat perairan Situbondo diketahui telah tenggelam pada 15 Mei 2021 dan menimbulkan kekhawatiran yang lebih besar.
Peristiwa ini membawa dampak yang signifikan terhadap keselamatan pelayaran nasional di Indonesia dan mempengaruhi tingkat kepercayaan publik terhadap pelayaran laut di Indonesia.
Perlunya Peningkatan Standar Keselamatan Kapal
Terlepas dari alasan tenggelamnya kapal KRI Cakra, setiap insiden yang mempengaruhi keselamatan kapal dan pelayaran harus menjadi pengingat akut bagi pemerintah dan para pengelola industri. Para pengambil kebijakan dan semua pihak yang terkait harus bersikap cepat dan tegas dalam meningkatkan standar keselamatan kapal di seluruh Indonesia. Hal ini tidak hanya untuk melindungi nyawa manusia, namun juga untuk menjaga kepercayaan publik terhadap keselamatan kapal dan pelayaran laut.
Meningkatkan keselamatan pelayaran laut adalah tantangan yang kompleks dan harus dihadapi dengan langkah-langkah diversifikasi yang terpadu. Sistem pengawasan, deteksi dini, persiapan insiden, dan pertolongan pada korban harus menjadi fokus utama dalam tindakan peningkatan keselamatan.
Pemerintah harus memastikan bahwa semua pihak yang terlibat dalam pengelolaan pelayaran laut memiliki kemampuan dan kapasitas yang memadai. Ini termasuk melibatkan semua stakeholder terkait, termasuk TNI, Polri, pihak swasta dan masyarakat luas dalam membangun sistem keselamatan yang kuat dan efektif.
Selain itu, pemerintah harus meningkatkan perlindungan terhadap lingkungan laut, yang sering terancam oleh operasi kapal yang kurang terkelola dengan baik. Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pemimpin regional dalam perlindungan lingkungan laut melalui tindakan berkelanjutan dan inisiatif untuk pembangunan berkelanjutan.
Peningkatan standar keselamatan kapal dan pelayaran laut adalah suatu keharusan bagi Indonesia. Hal ini memungkinkan kita untuk menjamin keselamatan manusia dan lingkungan laut yang semakin terancam.